Akhir
Sebuah Kisah
Kata orang cinta itu buta, membuatakan segala sesuatu yang
kita lihat. Membutakan apa yang sebenarnya terjadi. Tidak bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk. Namun ini lah yang saat ini aku rasakan, aku tak
bisa membedakan mana cinta yang tulus dan mana cinta yang hanya
mempermainkanku. Semua janji itu benar-benar manis, melayangkan tubuhku sampai
ke nirwana. Aku ini memang manusia biasa. Mungkin tak ada keistimewaan yang
melekat dalam diriku. Tapi apakah karena itu dia meninggalkanku. Dia selalu
memberiku mimpi indah, melayangkan imajinasiku. Membahagiakan ku dengan semua
mimpi yang tak pernah ku ketahui kebenarannya. Namun nyatanya semua itu tak
seindah mimpi. Dia hanya memberiku kesempatan untuk memilikinya dalam mimpiku. Dia
hanya mengizinkan ku memeluknya dalam bayangan di otak yang selalu memikirkan
semua rasa tentangnya.
Mawar ini, semakin hari semakin layu dan mengering. Seikat
mawar yang ingin kuberikan padanya. Sebagi tanda bahwa dia adalah orang yang berarti
dalam hidupku. Sebagai tanda ketulusan cinta ku padanya. Namun justru duri itu
terlepas dan mencap dalam ke sukma ku.
Waktu itu, dia telah berjanji bahwa dia akan menemuiku di
taman belakang sekolah. Tepatnya untuk merayakan empat tahun kami pacaran. Kau
tau, betapa bahagianya aku saat dia akan menemuiku. Aku langsung bergegas ke
toko bunga dan membeli seikat mawar merah yang dia sukai. Dan sebuah cincin
perak yang telah ku persiapkan untuknya sejak kami pertama kali pacaran. Namun
aku ingin memberikan cincin ini jika kami telah empat tahun pacaran. Aku sangat
menunggu saat- saat ini akan terjadi. Saat pulang sekolah, aku tidak pulang
terlebih dahulu. Aku sangat takut dia kan menungguku lama. Jadi kuputuskan agar
aku saja yang menunggunya di taman. Dia berjanji akan datang pukul 3.15, di kursi
putih di bawah pohon kersen. Pukul dua bel tanda pulang telah berbunyi. Aku
segera bersiap-siap untuk pergi ke taman. Terlebih dahulu aku merapikan rambut
dan seragamku. Sudah kelihatan lumayan sekarang.
Pukul setengah tiga aku mulai menunggunya di kursi putih itu.
Menggengam seikat mawar dan sebuah kotak merah. Satu jam, dua jam, tiga jam,
ahhh dia belum juga tiba. Apakah di jalan sedang macet. Ku menunggunya sampai dia
kan tiba disini. Sesekali ku membuka kotak merah berbentuk hati yang berisikan
cincin perak bertuliskan jelita itu. Ku menghela nafas panjang, aku takut jika
terjadi sesuatu padanya di jalan. Aku sangat khawair dan mulai panik. Ku
pandang setiap sudut taman, belum juga ada tanda-tanda kedatangannya. Namun, tiba-tiba
saja hujan turun dengan derasnya. Tapi aku tetap semangat untuk menunggunya
walaupun harus hujan-hujanan dan seragamku mulai kuyup. Dengan keyakinanku yang
besar bahwa dia akan menepati janjinya. Itu sudah cukup mempertahankan tekadku
disini. Akan kupersembahkan cinta dari hatiku terdalam dengan saksi hujan yang
mengguyur rasaku ini. Hanya untuk dia, wanita yang aku sayang. Terkadang mata
orang-orang melirikku, apa yang sedang aku lakukan disini. Namun aku tak
memperdulikannya. Seikat mawar ini ku simpan kedalam bajuku. Aku tidak ingin
mawar ini rusak, lalu aku melirik arloji hitamku. Pukul 5.45, ah dia tak
datang. “Mungkinkah kau sedang sibuk jelita. Ataukah kau lupa telah berjanji
padaku”. Karena hari sudah mulai gelap akhirnya aku pulang dan mengirimkannya
pesan. Namun dia tak membalasnya. Ku ganti bajuku yang kuyup dan mulai
merebahkan tubuhku yang letih dan serasa membeku karena dinginnya hujan hari
ini. Aku membuka ponselku lagi dan mencoba untuk menghubunginya. Tapi hanya
sia-sia karena ponselnya tidak aktif. Ku tersenyum sejenak melihat moment
disaat dia merebahkan kepalanya di pudakku dan ku genggam tangannya erat. Dan
moment itu ku jadikan sebagai background ponselku. Hemm, sebaiknya aku tidur
sekarang.
Saat pulang sekolah aku duduk menunggunya di depan gerbang.
Lalu dia datang dengan senyumnya yang menawan yang selalu mencairkan hatiku
setiap melihatnya. Ku mulai melangkah mendekatinya dengan perasaan sumringah.
Tiba-tiba saja seorang lelaki memeluknya dari belakang dan mencium keningnya.
Dimas, apakah dia kekasih barunya. Kemudian mereka pergi berdua bergandengan
tangan dan aku masih terpaku di tempat itu. Masih bertanya apakah hal tadi
benar-benar nyata. Mungkinkah dia menghianati cinta yang telah empat tahun ku
berikan kepadanya. Cinta yang tulus dan selalu ku janga kesuciannya. Lalu
bagaimana janjinya yang hanya akan mencintaiku seorang. Dan bagimana masa depan
yang telah kami rencanakan berdua setelah lulus sekolah. Apakah itu nyata? Dan
apakah kemarin dia tidak datang karena sedang bersama Dimas. Aku benar-benar
tak percaya dan mulai meninggalkan tempat itu. Melangkah dengan arah tak pasti
dalam lamunan yang masih terbayang kejadian yang baru saja terjadi.
Tring.. sebuah pesan, ku mulai membaca isi pesan itu..
Dear : Ryan
Aku minta maaf karena
kemarin aku tidak datang menemuimu di taman. Mungkin ini saatnya aku jujur
padamu. Sebenarnya, aku telah berpacaran dengan Dimas 5 tahun yang lalu. Tapi
hubungan kami tidak berjalan dengan baik. Akhirnya aku memutuskan untuk
melampiaskan persaanku padamu. Aku minta maaf, dan mungkin sekarang adalah
akhir dari hubungan kita.
Jelita
Aku terkejut bukan main membaca pesan itu. Seketika saja air
mataku meleleh. Aku masih tak percaya apakah ini benar-benar terjadi padaku.
Tapi kenapa dia tega melakukan semuanya. Dan, bagimana dengan semua janji
manisnya itu. Apakah dia hanya berdusta. Aku benar-benar ingin meyakinkan
hatiku. “Bagaimana dengan cinta kita. Bagimana dengan semua waktu yang telah ku
habiskan bersamamu”. Namun kenyataannya semua ini benar-benar terjadi. Ku tatap
kembali seikat mawar merah yang mulai menjatuhkan kelopaknya dan melayu. Seakan
bersedih dengan semua yang terjadi padaku. Ternyata semua kisah itu hanyalah
permainan. Mungkin inilah akhir sebuah kisah cinta di masa remaja ku. Dan akhir
dari sebuah perjuangan yang tak pernah terbalas. Aku berharap dia akan bahagia
bersama orang yang dia cintai. Dan aku tau tidak semua perjuangan itu
membuahkan hasil yang manis. Semoga kau bahagia dengannya. Cinta masa remajaku.
Mungkin takkan ku temui lagi wanita sepertimu. Dan akan kulalui hari-hariku
yang sepi tanpamu. Aku berharap kan
temukan wanita yang dapat menjaga kesucian cintanya untukku seorang.
Bersama-sama menjalin bahtera cinta yang indah dan abadi.
Khusnul farmasi …. :P
orang baru dlm menulis,
jadi maaf untuk kekurangannya ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar