Rabu, 22 Oktober 2014

Akhir Sebuah Kisah
Kata orang cinta itu buta, membuatakan segala sesuatu yang kita lihat. Membutakan apa yang sebenarnya terjadi. Tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Namun ini lah yang saat ini aku rasakan, aku tak bisa membedakan mana cinta yang tulus dan mana cinta yang hanya mempermainkanku. Semua janji itu benar-benar manis, melayangkan tubuhku sampai ke nirwana. Aku ini memang manusia biasa. Mungkin tak ada keistimewaan yang melekat dalam diriku. Tapi apakah karena itu dia meninggalkanku. Dia selalu memberiku mimpi indah, melayangkan imajinasiku. Membahagiakan ku dengan semua mimpi yang tak pernah ku ketahui kebenarannya. Namun nyatanya semua itu tak seindah mimpi. Dia hanya memberiku kesempatan untuk memilikinya dalam mimpiku. Dia hanya mengizinkan ku memeluknya dalam bayangan di otak yang selalu memikirkan semua rasa tentangnya.
Mawar ini, semakin hari semakin layu dan mengering. Seikat mawar yang ingin kuberikan padanya. Sebagi tanda bahwa dia adalah orang yang berarti dalam hidupku. Sebagai tanda ketulusan cinta ku padanya. Namun justru duri itu terlepas dan mencap dalam ke sukma ku.
Waktu itu, dia telah berjanji bahwa dia akan menemuiku di taman belakang sekolah. Tepatnya untuk merayakan empat tahun kami pacaran. Kau tau, betapa bahagianya aku saat dia akan menemuiku. Aku langsung bergegas ke toko bunga dan membeli seikat mawar merah yang dia sukai. Dan sebuah cincin perak yang telah ku persiapkan untuknya sejak kami pertama kali pacaran. Namun aku ingin memberikan cincin ini jika kami telah empat tahun pacaran. Aku sangat menunggu saat- saat ini akan terjadi. Saat pulang sekolah, aku tidak pulang terlebih dahulu. Aku sangat takut dia kan menungguku lama. Jadi kuputuskan agar aku saja yang menunggunya di taman. Dia  berjanji akan datang pukul 3.15, di kursi putih di bawah pohon kersen. Pukul dua bel tanda pulang telah berbunyi. Aku segera bersiap-siap untuk pergi ke taman. Terlebih dahulu aku merapikan rambut dan seragamku. Sudah kelihatan lumayan sekarang.
Pukul setengah tiga aku mulai menunggunya di kursi putih itu. Menggengam seikat mawar dan sebuah kotak merah. Satu jam, dua jam, tiga jam, ahhh dia belum juga tiba. Apakah di jalan sedang macet. Ku menunggunya sampai dia kan tiba disini. Sesekali ku membuka kotak merah berbentuk hati yang berisikan cincin perak bertuliskan jelita itu. Ku menghela nafas panjang, aku takut jika terjadi sesuatu padanya di jalan. Aku sangat khawair dan mulai panik. Ku pandang setiap sudut taman, belum juga ada tanda-tanda kedatangannya. Namun, tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya. Tapi aku tetap semangat untuk menunggunya walaupun harus hujan-hujanan dan seragamku mulai kuyup. Dengan keyakinanku yang besar bahwa dia akan menepati janjinya. Itu sudah cukup mempertahankan tekadku disini. Akan kupersembahkan cinta dari hatiku terdalam dengan saksi hujan yang mengguyur rasaku ini. Hanya untuk dia, wanita yang aku sayang. Terkadang mata orang-orang melirikku, apa yang sedang aku lakukan disini. Namun aku tak memperdulikannya. Seikat mawar ini ku simpan kedalam bajuku. Aku tidak ingin mawar ini rusak, lalu aku melirik arloji hitamku. Pukul 5.45, ah dia tak datang. “Mungkinkah kau sedang sibuk jelita. Ataukah kau lupa telah berjanji padaku”. Karena hari sudah mulai gelap akhirnya aku pulang dan mengirimkannya pesan. Namun dia tak membalasnya. Ku ganti bajuku yang kuyup dan mulai merebahkan tubuhku yang letih dan serasa membeku karena dinginnya hujan hari ini. Aku membuka ponselku lagi dan mencoba untuk menghubunginya. Tapi hanya sia-sia karena ponselnya tidak aktif. Ku tersenyum sejenak melihat moment disaat dia merebahkan kepalanya di pudakku dan ku genggam tangannya erat. Dan moment itu ku jadikan sebagai background ponselku. Hemm, sebaiknya aku tidur sekarang.
Saat pulang sekolah aku duduk menunggunya di depan gerbang. Lalu dia datang dengan senyumnya yang menawan yang selalu mencairkan hatiku setiap melihatnya. Ku mulai melangkah mendekatinya dengan perasaan sumringah. Tiba-tiba saja seorang lelaki memeluknya dari belakang dan mencium keningnya. Dimas, apakah dia kekasih barunya. Kemudian mereka pergi berdua bergandengan tangan dan aku masih terpaku di tempat itu. Masih bertanya apakah hal tadi benar-benar nyata. Mungkinkah dia menghianati cinta yang telah empat tahun ku berikan kepadanya. Cinta yang tulus dan selalu ku janga kesuciannya. Lalu bagaimana janjinya yang hanya akan mencintaiku seorang. Dan bagimana masa depan yang telah kami rencanakan berdua setelah lulus sekolah. Apakah itu nyata? Dan apakah kemarin dia tidak datang karena sedang bersama Dimas. Aku benar-benar tak percaya dan mulai meninggalkan tempat itu. Melangkah dengan arah tak pasti dalam lamunan yang masih terbayang kejadian yang baru saja terjadi.
Tring.. sebuah pesan, ku mulai membaca isi pesan itu..
Dear : Ryan
Aku minta maaf karena kemarin aku tidak datang menemuimu di taman. Mungkin ini saatnya aku jujur padamu. Sebenarnya, aku telah berpacaran dengan Dimas 5 tahun yang lalu. Tapi hubungan kami tidak berjalan dengan baik. Akhirnya aku memutuskan untuk melampiaskan persaanku padamu. Aku minta maaf, dan mungkin sekarang adalah akhir dari hubungan kita.
                                                                      Jelita  
Aku terkejut bukan main membaca pesan itu. Seketika saja air mataku meleleh. Aku masih tak percaya apakah ini benar-benar terjadi padaku. Tapi kenapa dia tega melakukan semuanya. Dan, bagimana dengan semua janji manisnya itu. Apakah dia hanya berdusta. Aku benar-benar ingin meyakinkan hatiku. “Bagaimana dengan cinta kita. Bagimana dengan semua waktu yang telah ku habiskan bersamamu”. Namun kenyataannya semua ini benar-benar terjadi. Ku tatap kembali seikat mawar merah yang mulai menjatuhkan kelopaknya dan melayu. Seakan bersedih dengan semua yang terjadi padaku. Ternyata semua kisah itu hanyalah permainan. Mungkin inilah akhir sebuah kisah cinta di masa remaja ku. Dan akhir dari sebuah perjuangan yang tak pernah terbalas. Aku berharap dia akan bahagia bersama orang yang dia cintai. Dan aku tau tidak semua perjuangan itu membuahkan hasil yang manis. Semoga kau bahagia dengannya. Cinta masa remajaku. Mungkin takkan ku temui lagi wanita sepertimu. Dan akan kulalui hari-hariku yang sepi tanpamu. Aku  berharap kan temukan wanita yang dapat menjaga kesucian cintanya untukku seorang. Bersama-sama menjalin bahtera cinta yang indah dan abadi.


Khusnul farmasi …. :P

orang baru dlm menulis, jadi maaf untuk kekurangannya ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar